Thursday, December 5, 2013

'Sunset Di Tanah Anarki' - Perjuangan Manis Superman Is Dead

"Album ini seperti obat. Obat kalau kita minum langsung, banyak yang tidak suka karena pahit. Beberapa orang mencampurkannya dengan gula atau madu agar lebih mudah ditelan."

Kalimat di atas adalah penjelasan Jerinx, penabuh drum Superman Is Dead (SID) saat peluncuran album 'Sunset Di Tanah Anarki'. Dan itu mengapa album ini adalah disebut perjuangan yang manis dari sebuah band punk Tanah Air bernama SID.

Secara keseluruhan, tema materi dari 17 lagu yang hadir adalah mengenai perjuangan dalam arti yang sebenarnya. Bisa dilihat dari lirik-lirik seperti,

Dan kita para tentara, para pejuang waktu, tanah ini / Luka ini demi esok yang lebih bersinar. Ada lagi Bertarung lepas tiada henti / Menancap keras di dada / Kita belati, kita adalah belati.

Tidak hanya lirik-lirk berbahasa Indonesia saja, dari lirik berbahasa Inggris justru SID lebih 'kasar', seperti, Crazy world of ignorance / Sorrow, lust and loaded guns / Dp you feel unknown.

Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sejumlah metafora indah hadir di tiap penggalan kalimat, di tiap baitnya. Dan sebetulnya, jika dibaca lebih seksama, puisi-puisi yang menjadi lirik itu sangat penuh cinta.

Dengan cerdas SID, menjadikan lagu-lagu dengan aransemen yang terdengar manis tadi menjadi pembuka. Pertama, 'Jadilah Legenda' yang mengawali perjalanan album kelima bersama Sony Music Indonesia ini. Berikutnya, adalah lagu pembuka dari 17 lagu berjudul 'The Opening (Ketika Senja)' yang mendahulukan suara merdu piano sebelum dihajar distorsi kasar dan 'amarah' vokal Bobby Kool di menit-menit akhir.

Lagu-lagu berikutnya hilang sudah kesan mellow yang sempat melekat pada band yang digawangi oleh Jerinx, Bobby Kool dan Eka Rock ini. 'Bulan & Ksatria' dan 'Kita Adalah Belati' memperdengarkan lagu bertempo cepat  dengan lirik panjang khas SID di masa 1999 - 2003.

Setelah itu, 'Turn Back Time' dan 'Bulleproof Heart' SID kembali memberikan 'kemanisan' perjuangannya lewat nada-nada yang lebih catchy. Lebih bisa membuat siapapun bernyanyi bersama, meski dari segi lirik, tetap saja amarah SID terhadap penguasa yang diniliat tidak beradap itu, tak bisa disembunyikan.

Lagu yang berjudul sama dengan albumnya adalah lagu keenam yang memiliki dua kelebihan. Pertama, 'Sunset Di Tanah Anarki' dibuka oleh vokal perempuan, sedikit sengau, namun merdu di nada-nada akhirnya. Cukup membuat pendengarnya terlena hingga vokal Bobby Kool masuk, namun kali ini tidak mengagetkan karena lagu ini sendiri memang berwarna balada. Kelebihan kedua adalah, lagu ini merupakan lagu terpanjang dari 17 lagu yang ada. Dengan durasi hingga 5.29 menit.

Di 'Water Not War' dan 'Luka Hari Ini Mereka Luka Selamanya' SID masih memperlambat tempo mereka sampai lagu berjudul 'Running'  yang merupakan lagu kesembilan berbunyi. Nuansa khas SID tempoe doeloe kembali terdengar menyuarakan perjuangan yang tidak boleh lelah sedikitpun. Hal itu terus berlangsung di tiga lagu berikutnya, 'Forever Love Insane', 'Belati Tuhan' dan 'Fast Cure'.

Demi keseimbangan, empat lagu terakhir SID memperindah lagi perjuangangannya dengan nada-nada manis tapi tidak dengan pesannya. 

Empat lagu tersebut adalah 'Wake Me Up', Forgivers', 'Jadilah Legenda' yang merupakan single perdana SID dan salah satu lagunya yang cukup banyak mendapatkan perhatian akibat musik yang cukup 'pop'.

Dan sama seperti pembukaan, lagu dengan musik dan lirik yang lebih ringan berjudul 'Burn The Night' menutup perjuangan SID dengan manis kali ini.

Saya yakin, mereka tidak lelah. Kemanisan 'Sunset di Tanah Anarki' banyak memberik kekuatan untuk berperang. Sampai bertemu di medan perang selanjutnya, Bli!

Tulus..?

Engkau tak ubahnya yang lain. Mereka yang menuntut pelabelan atas seseorang. Entah untuk apa.

Engkau tak ubahnya yang lain. Berusaha mendapatkan apapun yang didapatkan orang lain. Bahkan, sejak lahir saja kembar tak pernah sama. Aku juga

Lantas mengapa masih saja?

Tidak adakah yang benar-benar tulus di Jakarta? Apa benar semua sudah hancur melebur ke dalam satu bejana lumpur sehingga tak lagi menampakkan sinar?

Daun-daun hijau di dinding berbisik, "masihkah dia memikirkan mu dalam lelapnya?" Aku tidak peduli.

Rubrik dalam ranjang berteriak, "jangan bodoh dengan cinta, karena itu cuma sementara!" Tahu aku bilang apa?

Aku tiada pernah berbicara lain selain cinta. Sampul kontekstual manusia tidak pernah tentang logika, baik dan buruk, pintar dan bodoh. Ini cinta.

Lantas mengapa masih saja?


Calibata B/10
01.28 WIB

Tuesday, October 15, 2013

'Soul Shaker': Simplifikasi Ragam Musik Blues Oleh Gugun Blues Shelter

Perjalanan karier selama 10 tahun di panggung musik blues, sepertinya membuat grup musik Gugun Blues Shelter (GBS) melakukan sedikit transformasi di album terbarunya, 'Soul Shaker'. Sebuah kesederhanaan dari keragaman musik blues ditonjolkan GBS di album ketujuh mereka.

Semakin matang secara usia, Gugun (vox/gitar), Jono (bass) dan Bowie (drum) ingin mengatakan bahwa bukan hanya musik ala blues Stevie Ray Vaughn yang mempengaruhi mereka, tapi juga era keemasan musik rock dan rock n roll menjadikan warna tersendiri. Selain itu, 'permainan' lainnya terjadi juga pada penulisan lirik dimana GBS terlihat jauh lebih simpel dan mencoba menyentuh ranah sosial yang mulai mengganggu pikiran trio yang terbentuk pada tahun 2004 itu.

'Soul Shaker'/Google Images
Perubahan-perubahan tersebut langsung dihadirkan GBS sejak lagu pembukaan di album barunya, 'Love Your Life'. Blues yang lembut dengan ketukan drum yang jauh lebih simpel mengalun selama empat menit. Ditambah juga lirik lagu ringan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

Kesedarhanaan dan keragaman. Itulah yang muncul di lagu kedua berjudul 'Born To Be Awesome' yang terdengar menurunkan harmoni blues-nya dan beralih ke era rock yang klasik. Dengar saja kocokan gitar Gugun dan pola drum Bowie, namun suara vokalis bernama asli Muhammad Gunawan itu tak bisa bohong, tetap saja menjadikan lagu ini berwana blues.

Tahu betul menaik-turunkan emosi pendengarnya, GBS menyajikan nuansa yang berbeda di tiap judul lagunya. Seperti di 'Five Underwater', kembali lagi GBS menyuarakan blues kental dengan melodi gitar yang 'orgasmik' di ujung lagu. Sedangkan lagu 'Driving Home Alone' diaransemen jauh lebih santai, dengan Gugun yang bernyanyi menggnakan tekhnik 'falsetto' di nada-nada tinggi. Membuat kesan klasik semakin terasa.

Setengah album, hadir 'Captain Morgan'. Di lagu inilah permainan bahasa dalam lirik dilakukan GBS. Lirik-lirik jenaka yang menceritakan tentang seorang teman yang menggilai whiskey bermerek 'Captain Morgan' sampai akhirnya mengalami sakit perut yang cukup parah. Dari segi musik, unsur harmoni ditambah dengan sedikit siulan.

Terbaca dari judulnya, 'Funk #2', tentulah aransemen lagi ini mengusung salah satu genre musik tua itu. Di bagian akhir lagu, kemudian terdengar Gugun bermain dengan bunyi-bunyian elektronik yang bisa dibilang hampir tidak pernah dalam lagu-lagu sebelumnya.

Distrosi ala hard rock saja sudah terdengar sejak awal lagu, ditambah lagi unsur organ yang terdengar tipis seperti mengingatkan pendengar akan musik-musik yang pernah diciptakan oleh Eddie Van Halen. Kemudian dipertegas dengan bagian solo gitar di menit ke 3.37, dan inilah lagu berjudul 'Acid Rain' yang menjelaskan siapa yang memperngaruhi GBS saat proses pembuatan album 'Soul Shaker'.

'Di The Good Old Days', band yang pernah mewakili Ibu Pertiwi di ajang Hard Rock Calling 2011 lalu, menjajal rock balada yang populer dengan band-band seperti Scorpions dan Bon Jovi.

Dua lagu terakhir, 'Slaves To The Nation' dan 'Rock N' Roll Superstar' menambah koleksi karya GBS yang menyentuh ranah sosial di Indonesia. Cerita kemuakan kaum pekerja kelas bawah atas rutinitas yang membosankan hadir di 'Slaves To The Nation'. Give me a break,  tulis Gugun dalam liriknya

Sedangkan kisah ketimpangan sosial mengenai kebobrokan dan kebebasan berekspresi yang layak bagi siapa saja terdapat pada 'Rock N' Roll Superstar' dan sekaligus menutup perjalanan 10 lgau di album yang semuanya menggunakan bahasa inggris.

Jelas tidak hanya musik blues yang dibawa GBS tahun ini, Gugun, Jono dan Bowie menjajal kemampuan mereka masing-masing dengan genre yang berbeda-beda namun tetap berpayung pada musik blues. Simplifikasinya berjalan dengan sempurna, juga perubahan dan permainan lirik. Sesuai dengan tajuknya, 'Soul Shaker', GBS menggoyang jiwa blues mereka sendiri, dan mengocok jiwa-jiwa pendengarnya.



Calibata / 10

Tuesday, September 3, 2013

AGNEZ MO : Agnes Monica Rasa Rihanna

Archives Iqbal Harahap

Dilihat dari sampul albumnya saja, siapapun yakin bahwa ada perubahan dalam diri Agnes Monica. Mendengarkan lebih dalam, tidak hanya dari foto-foto yang terpampang, tapi juga eksplorasi bermusiknya. Berjudul 'AGNEZ MO' adalah album terbaru Agnes Monica sekaligus album yang disebut-sebut sebagai album pemansan sebelumnya dirinya merilis album intersional perdana. Ambisi yang tidak pernah putus sejak Agnes mengutarakannya beberapa tahun yang lalu. Mari coba dengarkan satu per satu 10 lagu + 1 bonus track di album yang rilis tanggal 30 Agustus 2013 ini.

Sentuhan elektronik langsung terasa di lagu 'Walk' yang didaulat sebagai pembuka di album ini. Tidak terlalu mengejutkan, tapi cukup menghentak jika dibandingkan dengan musik-musik dance Agnes sebelmnya. Sepertinya bila menarik kesimpulan berdasarkan Track 1, pantas bila disebut ini adalah album pemanasan, tapi bukankah terlalu dini?

Di Track 2 berjudul 'Renegade' penyanyi yang lahir 27 tahun silam ini justru lebih menambah nuansa eletroniknya yang dipadu dengan efek vokal. Sehingga terdengar hasil suara yang lebih 'treble' dibanding sebelumnya. Namun satu hal yang mungkin sangat terasa di sini, yaitu Agnes terdengar penyanyi muda asal Amerika Ke$ha.

Selanjunya adalah satu-satunya lagu dengan lirik Berbahasa Indonesia yang ada di album berwarna abu-abu itu. Sebetulnya tidak menyangka akan ada Bahasa Indonesia, tapi sepertinya Agnes masih ingin menunjukkan rasa cinta Tanah Airnya. Masih sama seperti dua lagu sebelumnya, lagu berjudul 'Bad Girl' ini mengangkat nuansa elektronik, drum and bass dan dubstep kental terdengar mulai dari pertengahan lagu.

Sedikit menurunkan temponya, hadir lagu 'Let's Fall In Love Again' dengan lirik yang dinyanyikan dalam tempo sedang dan musik yang tidak terlalu bergoyang. Cukup puas sampai saat ini, namun kemudian pendapat banyak orang bahwa solois sembilan album ini Rihanna wanna be terbukti di Track 5 berjudul 'Be Brave'.

Tak bisa terbantahkan lagi bahwa di lagu ini Agnes Monica mungkin sedang sering-seringnya mendengarkan lagu penyanyi asal Barbados itu. 'Be Brave' menghadirkan nuansa melankolis dari nada-nada tinggi yang diabil Agnes Monica di ujung lagu.

Bukan tidak mau membahas secara detil lagu-lagu selanjutnya, tapi memang terdengar hampir sama. Drum and Bass, permainan sythesizer serta high note di ujung lagu menjadi sajian di lagu-lagu 'Flyin' High", 'Shut 'Em Up', 'Hide and Seek' dan 'Got Me Figure Out'. Walaupun begitu, memang album ini terdengar bak pukulan seorang Agnes Monica pada penikmat musik dan penggemarnya, "ini materi yang saya inginkan, bukan seperti dulu!"

Inilah satu-satunya lagu balada yang dihadirkan penyanyi dan penari itu di dalam albumnya, 'Thing Will Get Better'. Tidak ada 'keributan' seperti di lagu-lagu sebelumnya, hanya alunan piano sepanjang lagu, sangat menyentuh. Agnes benar-benar tahu bagaimana memainkan perasaan pendengarnya.

Namun fakta tetaplah fakta, ketukan-ketukan ala Usher dan plot-plot penarikan nada ala Rihanna sangat kental di 'AGNEZ MO'. Siapapun menyadarinya, bahkan penggemar garis kerasnya sekalipun. Ini membuktikan prediksi banyak orang tentang sneak peak video teaser Agnes Monica International Debut, yang tersebar di media sosial Youtube.

Bukan berarti tidak ada sisi baiknya, Agnes Monica secara total mengeksplorasi musiknya habis-habisan. Jika ingin diibaratkan seperti sebuah metamorfosis, inilah fase dimana Agnes Monica menjadi seekor kupu-kupu. Bahkan bila dibandingkan album terakhirnya sebelum ini saja, 'Sacredly Agnezious (2009)' sudah jauh berbeda. Dan apabila ingin menjawab pertanyaan di awal tulisan tadi, apakah album 'AGNEZ MO' pantas disebut album pemanasan terjawab sudah. Pantas.

Daftar lagu di album 'AGNEZ MO'

1. Walk
2. Renegade
3. Bad Girl
4. Let's Fall In Love
5. Be Brave
6. Flyin' High
7. Shut 'Em Up
8. Hide and Seek
9. Thing Will Get Better
10. Got Me Figured Out

Bonus Track
11. Let's Fall In Love (Alt. Vocal)



Calibata /10
01.27 WIB

Sunday, July 28, 2013

'Raya' : Catatan Kematangan Iwan Fals Untuk Anak Dan Kawan - kawan


'Raya' dan Raya Rambu Rabbani (Google Images)

Iwan Fals, masih saja nama itu terdengar di abad milenium saat ini, padahal dia sudah tak lagi menyisakan warna hitam pada rambut di tubuhnya. Tentu dengan kisah yang masih produktif, dimana dia baru saja merilis 'Raya', albumnya yang ke-39.

Album ini dilatarbelakangi oleh catatan - catatang kegelisahan Iwan Fals, kegembiraan dan kesedihan akan kehidupan putra bungsunya yang ketiga bernama Raya Rambu Rabbani. Sangat sederhan, yaitu ketika pagi hari Iwan Fals selalu melihat anaknya menggendong tas yang terlihat begitu berat dan besar.

Sebelumnya Iwan Fals juga menciptakan album 'Cikal (1991)' anak perempuannya dan lagu 'Galang Rambu Anarki (1982)' anak pertamanya yang sudah meninggal. Tidak banyak hal baru dari segi cover album,  satu hal yang spesial di album ini adalah 'double disc'. Album 'Raya' berisi 18 lagu yang dibagi ke dalam  dua CD, masing - masing sembilan lagu.

CD yang pertama dipimpin oleh lagu bertajuk 'Raya', sebuah lagu yang membuat siapa saja langsung setuju kalau lagu ini terdengar begitu riang. Iwan Fals bercerita panjang tetang suka duka dan 'beban' hidup anaknya itu dengan lirik berima 'a -a -a -a'. 22 Januari 2003 / Raya Rambu Rabbani anak yang ketiga / 22 Januari anak nomer tiga / tanggal dan bulan sakti tanggal janjian kita.

Kali ini ada beberapa bagian yang terasa berbeda ketika kita mendengar suara perempuan di lagu 'Aku Ada' dan 'Katanya'. Ya, itu bunyi vokal merdu Lea Simanjuntak, terdengar begitu unik, suara sengau Iwan Fals dipadu dengan vokal seriosa. Coba saja dengar sendiri.

Bunyi - bunyian akustik masih mendominasi banyak lagu, sesekali terdengar distorsi blues Toto Tewel yang menjadikan lagu itu klimaks. Sebut saja 'Negeri Kaya' dan 'Tangan Kosong', distorsi Toto Tewel menaikkan gairah dan emosi masing - masing lagu.

Sembilan lagu pertama ini diakhiri dengan lagu berjudul 'Cinta Itu' yang dinyanyikan bersama sang istri, Mba Yos. Sama seperti dulu, suara Mba Yos tetap terdengar malu - malu. 

Jika membahas tema untuk karya - karya Iwan Fals, mungkin bukan sesuatu yang baru mengingat Iwan Fals selalu berkarya dengan tema sosial - politik dan cinta yang sangat dalam. Tidak cuma sekedar, tapi lebih dari hanya nyanyian country. Lirik - lirik lugas nan berima juga masih tidak tergantikan, serta alunan musik akustik yang sejak tahun 1979 sudah hadir di atas paggung.

Memasuki sembilan lagu bagian kedua, dibuka oleh konsep acapella sederhana di lagu 'Api Unggun', tidak lama sampai suara gitar muncul sesekali. Walaupun hanya melalui suara, Iwan Fals seperti bisa menyampaikan dengan nyata suasana keakraban api unggun bersama teman - teman terkasih.

Bunyi - bunyian gendang, atau mungkin saja conga terdengar bertalu - talu, ditambah suara siul - siulan merdu di lagu 'Gadis Tani'. Menciptakan susana etnik yang kental di lagu yang kedua CD kedua ini.

Baru saja hampir mengutuk album ini yang kurang memperdengarkan harmonika, bunyi itu kemudian muncul di lagu melankolis berjudul 'Lekas Sembuh'. 

Tepat setelahnya irama 'Guru Oemar Bakri' kembali diyakini Iwan Fals mampu mendorong sindiran politiknya di lagu 'Rekening Gendut'. Ternyata tahun 2013 tidak mngubur keberanian Iwan Fals menciptakan judul - judul galak. Lirik - lirik politis lainnya terdengar di lagu 'Si Putri dan Si Fulan' yang lebih ngerock dan lagu berjudul 'Bangsat' yang diseimbangkan dengan ketenangan musik country ala Iwan Fals. 

Tidak ingin memberikan yang 'itu - itu saja', Iwan Fals memasukan efek elektronik di lagu berjudul 'Dajal Net'. Lagu jenaka tentang fenomena sosial media yang dianggap mendekatkan siapa saja yang jauh dan menjauhkan siapa yang dekat.

Dedikasi Iwan Fals yang terakhir bisa dibilang dua lagu serupa tapi tak sama, 'Pelaut' sebuah lagu tentang kerinduan para pelaut dengan keluarganya, namun kadang terlupakan oleh jaman. Sama halnya dengan 'Tak Kenal Maka Tak Sayang' yang menceritakan keprihatinan Iwan Fals atas makanan bersisa yang tidak dihargai. 


18 lagu yang tidak lagi sama dengan lagu - lagunya terdahulu, Iwan Fals bereksplorasi dengan musik dan tema, walaupun tidak dengan lirik. Nah sekarang, Raya, puaskah dengan album pertamamu ini?

Daftar Lagu di Album 'Raya'

CD A
1. Raya
2. Aku Ada Feat Lea Simanjuntak
3. Negeri Kaya
4. Katanya
5. Kopi Top
6. Sampah
7. Tangan Kosong
8. Cinta Itu Feat Rosana Listanto (Mba Yos)
9. Adalah

CD B
1. Api Unggun
2. Gadis Tani
3. Lekaslah Sembuh
4. Rekening Gendut
5. Si Putri dan SI Fulan
6. Bangsat
7. Dajal Net
8. Pelaut
9. Tak Kenal Maka Tak Sayang

Tuesday, June 18, 2013

Bad Blood : Kemeriahan Lain Inggris Raya ala Bastille

(Archives detikHOT)

Nama Bastille yang dipilih sebagai sebuah grup musik pendatang baru dari Inggris adalah pilihan yang pas. Mengingat keramaian unsur di album terbaru dan perdananya. Sekedar informasi, Bastille itu adalah sebuah perayaan nasional di Perancis pada tanggal 14 Juli, untuk mengenang hari dimana runtuhnya benteng Bastille yang dipandang sebagai pemberontakan bangsa modern.

Bertajuk Bad Blood, Bastille mencoba bergerak sejajar dengan musisi - musisi Inggris lainnya yang sudah lebih dulu mengukir nama. Mengusung genre elektronik pop, menjadikan Bastille sedikit berbeda dari band anak muda yang sudah ada.

Hampir semua materi dalam album ini begitu padat dengan suara - suara yang diciptakan oleh Dan Smith, Chris 'Woody' Wood, Kyle Simmons dan  Will Farquarson. Dibuka dengan track 1 yang berjudul Pompeii, Bastille sudah memberikan patokan dasar dalam bermusik ala mereka. Bunyi - bunyian perkusi dan melodi sudah menghentak sedari awal, belum lagi suara backing vocal yang unik di bagaian reff.

Begitu juga halnya terjadi di track - track selanjutnya, 'Things We Lost In The Fire', 'Bad Blood' dan 'Overjoyed' mash terdengar serupa, hanya ketukan yang sedikit berubah. 

Mungkin baru agar berbeda memasuki track 6, Wight of Living, Pt.II. Lagu ini terdengar catchy dengan nuansa disko ala Bastille yang tidak cepat tapi juga tidak lambat. Tentu dengan paduan suara techno khas britpop yang jika ditebak berasal dari semacam shyntisizer.

Hampir di akhir perjalanan 12 lagunya, ada sebuah track berjudul Oblivion yang terdengar berbeda. Bastille bermain dengan suasana sendu dan lembut di bagian ini.

Di debutnya ini, Bastille terasa ingin menanamkan betul ciri khas bermusik band yang baru terbentuk tahun 2010 ini. Tidak heran, Bastille tidak begitu bereksplorasi dengan kecanggihan perangkat digital yang mereka mainkan.

Tapi tetap saja album Bad Blood ini kemeriahaan baru musik Inggris Raya. Mungkin sudah waktunya ada yang menambahkan lagu mereka ke bawah Pet Shop Boys. Sesuai dengan namanya, Bastille berhasil menjadi pemberontak bangsa modern yang memperjuangkan kemeriahaan bermusik di Inggris Raya

Daftar lagu di album 'Bad Blood'

1. Pompeii
2. Things We Lost in the Fire
3. Bad Blood
4. Overjoyed
5. These Streets
6. Weight of Living, Pt. II
7. Icarus
8. Oblivion
9. Flaws
10. Daniel in the Den
11. Laura Palmer
12. Get Home
13. Weight of Living, Pt. I



RGB Class, Kemang
20.33 WIB

Monday, June 17, 2013

Kantor Berita Musik?

Bekerja sebagai seorang jurnalis musik adalah bagian dari passion hidup saya selama ini. Hobi menulis dan bermusik, tentu tidak akan susah ketika harus bekerja dengan tuntutan menulis apa pun yang berhubungan dengan musik, album baru, lagu baru, kolaborasi baru dan konser.

Bercerita tentang ini Saya jadi ingat ucapan Saya kepada seorang teman, "pengen banget nulis tentang musik, apapun!" Tentu menyenangkan ketika semua itu tercapai di tiga bulan terakhir ini. Ya, tiga bulan. Setelah lima tahun bertengkar demi mewujudkan semua ini terjadi. Setelah ratusan nada miring akan paradigma 'mau jadi apa seorang jurnalis'. Ya mau jadi jurnalis!

Tunggu dulu, jangan dulu kalian salutkan kemengan itu, karena ternyata semuanya tidak seindah seperti yang dibayangkan selama lima tahun terakhir. Alasannya? Jelas, menjadi jurnalis musik di sebuah kantor berita, hanya menjadi rubrik kecil dari kanal besar seluruh berita yang ditulis setiap harinya. Tolong jangan bayangkan suasana dimana semua orang begitu terlihat sebagai pengamat, alih - alih pengamat, Saya dan mereka yang ada di sana justru lebih menggambarkan orang - orang dengan semangat yang tertunda untuk idealisme bos besar yang sangat tinggi.

Menuliskan setidaknya 10 berita musik setiap hari sama sekali tidak menyulitkan, satu hal yang membuat semua itu berat adalah munculnya tokoh musik baru. Bagi Saya mereka bahkan belum bisa memainkan satupun alat musik. Bisa dibayangkan ketika seorang yang jelas - jelas lahir bukan untuk tujuh nada, hanya karena sebuah peristiwa Ring Back Tone (RBT), Saya harus mewawancaranya dan memasukannya ke dalam rubrik musik. Ini tidak fair!! Ditambah peristiwa itu harus didahulukan daripada sebuah band punk legendaris asal Amerika hanya karena mereka tidak punya pasar di Tanah Air ini.

Ada lagi satu peristiwa dimana Saya harus menuliskan tentang lima album dengan foto paling seksi yang pernah ada. Ini bagus untuk para kolektor dan penggemar mereka sendiri. Bagaimana dengan orang tua dan anak kecil dan mungkin saudara Saya yang membaca lalu menemukan nama Saya sebagai penulisnya. Ini tidak bagus! Dan kemudian mereka meminta Saya mengulanginya lagi untuk beberapa hari dengan tema yang hampir sama. Sepertinya begitu banyak orang yang bertambah pengetahuan bermusiknya karena tulisan itu. 

Sejujurnya Saya lebih mendambakan sebuah media musik yang sangat musik. Tidak dengan sesuatu yang berbau musik, tapi mendarah daging-kan musik. Musik itu soal jiwa dan rasa, bukan kaos band rock apa yang anda pakai hari ini. Bukan juga soal apakah si anu yang diorbitkan oleh si ini, padahal si anu dan ini sama sekali tidak bisa bernyanyi. Uang mereka yang bernyanyi.

Musik ini tidak seperti politik dimana banyak pelakunya bisa membohongi siapapun demi keuntungan material. Justru musik itu melatih kejujuran, jarang ada orang yang tidak bisa bernyanyi kemudian dikatakan bagus musikalitasnya, paling - paling dia tenar karena gosip. Penonton menilai langsung, penonton hadir langsung, penonton berdansa dan tepuk tangan!!!

Musisi adalah musisi. Bukan hanya anak band, bukan hanya penyanyi pria dan wanita. Terkadang justru sang pembetot bass dan penabuh drum. Musisi punya jiwa yang mengalunkan tujuh nada dan raga yang dengan irama yang menggelora. Jadi tolong jangan hanya bisa bernyanyi, lantas anda menjadi musisi. Jangan hanya karena jacket kulit anda menjadi seorang Mick Jagger.

Sekedar informasi, saya bekerja untuk sebuah media online terbesar di Indonesia. Dan di rubrik kecil itulah saya bercerita.


RGB Class, Kemang
19.38 WIB

Wednesday, May 22, 2013

Masa Lalu

Masih di tempat yang sama, dengan gelas susu yang sama dia mencoba membunuh malam. Kadang sekelibat asap putih berhembus tepat di depan wajahnya. Asap rokok tiada henti bergulir, entah sudah berapa batang.

Tidak tahu apa yang dia lihat, yang jelas matanya menerawang begitu sendu. Setidaknya itu yang terlihat di banyak malam terakhir.

Kios - kios sudah mengunci rapat pintu kacanya. Tersisa sebuah warung kecil di antara yang gelap. Apakah dia memang terbiasa menghabiskan malam sendiri? Tidakkah membosankan?

Tapi kali ini dingin malam ini begitu menusuk. Bahkan tak seorang Eskimo pun sanggup menerjang badai kabut pinggiran kota. Tapi dia sanggup. Apa dia berasal lebih jauh dari utara bumi?

Matahari semakin mendekat, tapi dia tak juga beranjak se-inci pun dari kursinya. Matanya masih liar di usianya yang sudah hampir tiga jam itu.

Apa yang sebenarnya telah dia lakukan?



Calibata Borneo / 10
03.00 WIB

Monday, May 20, 2013

'Save Rock and Roll' - Perjuangan Fall Out Boy Menyelematkan Dunia

(Archives detikHOT)

Fall Out Boy, tidak pernah dikenal sebagai band dengan semangat perjuangan atau aktivisme yang menggebu - gebu sejak kemunculannya 2001 silam. Fall Out Boy atau FOB dikenal sebagai sebuah band rock yang sedikit 'ngepunk' akibat bunyi dan 'kocokan' gitar denga lirik penuh makna cinta dan judul - judul lagu yang panjang.

Setidaknya deskripsi di atas berakhir sejak lahirnya album kelima mereka, 'Save Rock and Roll' tahun 2013 ini. Dari cover albumnya saja sudah terasa bahwa album ini akan begitu ambisius, dengan foto seorang anak Punk dan Monk (biksu kecil) yang menggambarkan bahwa sebuah perlawanan dan tradisi itu harus senada dan saling mendukung. Bagaimana dengan lagu -lagunya? Apakah kalian sudah siap mendengarkan emosi Pete Wentz Cs ini?

Dimulai dengan track andalan mereka 'The Phoenix' yang menceritakan bagaimana seharusnya anak muda tidak pernah berhenti berjuang, memperjuangkan segala haknya dari ketikadilan dunia. Lirik - lirik perlawanan begitu kental dari awal hingga akhir yang dibalut dengan musik rock bertempo cepat yang sedikit 'groovy'.

Lagu berikut kebalikan dari yang pertama, alunan musik latin terasa ketika lagu dimulai, kemudian disusul dengan warna elektronik rock yang bisa dibilang cukup berhasil membuat kepala bergoyang. 

Kreativitas berikutnya menyusul lagu 'Young Volcanoes', sebuah  lagu bernada klasik FOB yang mengisahkan bahwa anak muda adalah awal dari berakhirnya generasi tua, dengan sejuta semangat dan ide yang siap untuk meledak, 'we are like young volcanoes'.

Dalam penggarapan albumnya FOB sendiri berkolaborasi dengan beberapa musisi hebat, misalnya saja dengan Foxes pada lagu 'Just One Yesterday' dimana FOB terdebgar seperti Adelle dengan lirik yang sedikit menyindir penyanyi Inggris itu. Ada juga rapper Big Sean yang berkolaborasi lewat lagu 'The Mighty Fall'.

Namun mungkin yang cukup kontroversial adalah kolborasinya FOB dengan istri mendiang KUrt Cobain, Coutney Love pada lagu 'Rat A Tat'. Walaupun lirik yang aneh tapi harus diakui kolaborasi ini menciptakan musik yang 'catchy' untuk didengarkan. Suara berat Courtney dipadukan dengan suara tenor dari Patrick Stamp menjadikan lagu ini seolah - olah lagu patriotisme kelas bawah agar selalu berjuang.

Album ini kemudian ditutup oleh lagu yang berjudul sama dengan albumnya, 'Save Rock and Roll', berirama kolosal, lagu ini dinyanyikan berduet dengan penyanyi dan pianis kenamaan Elthon John. Bunyi piano Elthon sejak awal lagu yang membuat track ini begitu santai untuk dinikmati, tapi mempunyai bobot perjuangan yang berat di dalamnya.

FOB sengaja menjadikan lagu itu 'Save Rock and Roll' sebagai penutup dari seluruh kisah dan mimipi yang ingin dia capai. Lirik - lirik yang begitu membakar semangat bagi siapa pun yang mendengarkan lagu ini hingga bait terakhir.

Album kelima ini seperti metamorfosa FOB dari kebosanan atau kemuakan atas apa yang dituduhkan banyak orang kepada anak muda, bahwa anak muda itu perusak dan pembuat onar. FOB menggabungkan segala macam genre dalam 11 lagu, baik funk, punk, pop, elektro hingga rock.

Bohong jika dibilang bahwa album ini tidak punya ambisi, justru ini adalah album ambisius dari keberanian FOB tentang tanah leluhur, kesenangan dan perubahan.

Daftar lagu di Album 'Save Rock N Roll'

1. The Phoenix
2. My Songs Know What You Did in the Dark (Light Em Up)
3. Alone Together
4. Where Did the Party Go
5. Just One Yesterday
6. The Mighty Fall
7. Miss Missing You
8. Death Valley
9. Young Volcanoes
10. Rat a Tat (featuring Courtney Love)
11. Save Rock and Roll(featuring Elton John)

Monday, April 29, 2013

'What About Now' Bukan Melodi Terbaik Bon Jovi

(Archives detikHOT)


Sekilas penggambaran yang berbeda ketika pertama kali melihat cover album terbaru Bon Jovi ‘What About Now’ ini. Begitu bercorak dengan banyak grafis – grafis yang tidak biasa, hanya satu yang menandakan bahwa album itu benar punya Bon Jovi, gambar hati yang ditusuk dengan pedang sebagai ciri khas beberapa cover album band lawas tersebut.

Lebih dalam mendengarkan 12 lagu yang mengisi album itu, ada nuansa lain yang ditawarkan oleh Jon Bon Jovi (vokal), Richie Sambora (gitar), David Bryan (keyboard) dan Tico Torres (drum) kepada penikmatnya. Terasa sedikit demi sedikit musik khas Bon Jovi semakin menghilang.

Dibuka oleh track pertama yang juga hits jagoan mereka, ‘Because We Can’, lagu ini jelas menjadi single hits mereka dan mungkin siapa pun setuju. Alunan distori tipis ala Sambora dan ketukan drum Torres begitu merdu dan mengingatkan pendengarnya akan lagu – lagu Bon Jovi masa lalu.

Menyusul ‘I’m With You’ yang entah mengapa bunyi dan ‘kocokan’ gitar yang terdengar sedikit pop punk. Mungkin Sambora ingin bereksplorasi di lagu ini dan hasilnya, kurang pas dengan suara vokal dari Jon. Tema cinta dan lirik yang menyayat hati masih menjadi jagoan band yang berdiri sejak tahun 1983. Pada lagu ‘What About Now’, Bon Jovi terdengar sangat nyaman memainkan arransemen mereka, komposisi antar pemain yang pas di setiap bagian lagu menjadikan kerinduan tersendiri bagi fans setia Bon Jovi.

Ada dua lagu balada akustik yang juga memanjakan telinga, yaitu ‘Amen’ dan ‘The Fighter’. Di lagu ‘Amen’ sendiri terdengar ketulusan seorang laki – laki yang begitu bersyukur atas kekasih yang mencintainya, ”tidak ada kata – kata yang pantas diucapkan selaian ‘Amen’.” Penggalan lirik lagu tersebut.

Satu lagi eksplorasi band asal New Jersey ini, di lagu ‘What’s Left of Me’, ada instrumen yang terdengar seperi ukulele atau banjo sehingga muncul sentuhan country di bagian refrain. Tampaknya usia tidak pernah membatasi kreativitas opa – opa glamrock itu.

Beberapa lagu masih terdengar sangat Bon Jovi, tapi selebihnya seperti kurang dipoles, tidak bisa dibilang album yang istimewa. Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Richie Sambora Cs ini tapi sejak album ‘The Circle’ 2009 silam, mereka seperti ingin beralih ke arah british pop ala Coldplay.

Bukan tanpa alasan, tak ada lagi petikan melodi ala Sambora seperti lagu ‘This Ain’t A Love Song’ atau distorsi tipis tapi padat seperti lagu ‘Bed of Roses’. Ketukan drum juga tidak lagi perpaduan ‘tom 1’, ‘tom 2’ dan ‘floor tom’, sekarang terdengar lebih stagnan hanya dengan ‘snare’ dan ‘bass drum’.

Meskipun album ini bukan melodi terbaik Bon Jovi, tapi Bon Jovi tetaplah Bon Jovi, tidak ada satupun yang menyerupai dan mencapai kesuksesan yang pernah mereka raih. Album ini sebetulnya adalah pertanyaan Bon Jovi terhadap seluruh dunia, apakah kami masih bisa bertahan? Apakah kalian masih mencintai karya baru kami? ‘What about now?’

Daftar lagu di album 'What About Now'


1. Because We Can
2. I'm With You
3. What About Now
4. Pictures of You
5. Amen
6. That's What the Water Made Me
7. What's Left of Me
8. Army of One
9. Thick as Thieves
10.Beautiful World
11.Room at the End of the World
12.The Fighter

Thursday, April 11, 2013

We Will Bleed The Movie : Revolusi dan Kemenangan 'Burgerkill'

(Archives detikHOT)
Tidak pernah terbayangkan bagi saya saat pertama kali memutar piringan CD berjudulkan We Will Bleed, sebuah film dokumenter tentang sejarah band metal paling berbahaya di Tanah Air, Burgerkill. Suasana layar hitam dibarengi dengan backsound mistis adalah kesan pertama yang dikeluarkan.

Seruan ‘BURGERKILL…’ –  ‘BURGERKILL….’ – ‘BURGERKILL…’ disambut hentakan kick bass dengan kecepatan tak terkira ditambah beratnya distorsi gitar. Setidaknyaitulah sedikit penggambaran saya pada saat menonton film ini, banyak emosi yangdicampur aduk disini, sesaat anda akan menjadi liar mengikuti anggukan kepala,tapi kemudian anda akan dihancurkan dengan emosi dan haru yang tidakterperikan. Here we come. This is our music and we will bleed for this.

Judul film We Will Bleed inisebenarnya diambil dari judul lagu Burgerkill sendiri di album ketiga mereka. Filmini mengisahkan tentang perjalanan, perubahan dan kemenangan sebuah bandhardcore asal Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat hingga 15 tahun berkarya baiknasional sampai internasional.

Di pertengahan tahun 1995terbentuklah sebuah grup band hardcore dari Ujung Berung, sebuah wilayah kecildi Bandung yang mungkin orang Indoenesia sendiri tidak tahu. Grup ini digawangioleh Ebenz (Gitar), Kimung (Bass), Kudung (Drum) dan Ivan (Vokal) yang kemudianmenamai dirinya Burgerkill, inilah formasi awal Burgerkill kala itu, setidaknyasampai tiga tahun kemudian. Dengan semua semangat dan keterbatasan akhirnyaBurgerkill berhasil merilis album pertamanya bersama label Riotic Records, yangbertajuk ‘Dua Sisi’ di tahun 1998. “Saat itu memang belum banyak label metalatau hardcore di Bandung, salah satu yang sudah punya nama adalah RioticRecords ini,” ujar Ebenz menjelaskan mengapa mereka memilih Riotic Records.

Tidak berarti semuanya lancar,terjadi bongkar pasang personil setelah album pertama ini, sampai di tahun 2003formasi baru Burgerkill adalah Ivan (vokal), Ebenz (Gitar), Agung (Gitar),Andris (Bass) dan Toto (Drum). Setelah istirahat dari rangkaian promosi doBandung dan Jakarta, tahun 2003 ini Burgerkill telah segar kembali untukmerilis album kedua mereka, ‘Berkarat’. Ide cemerlang yang mucul membuatBurgerkill menginginkan sebuah single yang dinyanyikan berduet dengan Fadly‘Padi’. Tidak akan terbayangkan sebuah genre pop bersatu dengan musik hardcoresecara vokal, bagi saya ini adalah ide di luar akal sehat dan juga sangatjenius.

Sambutan baik dari Fadly akhirnyamelahirkan single fenomenal dan cukup jadi perbincangan di kalangan musisi, berjudul‘Tiga Titik Hitam’. Seakan membawa keberuntungan, sewaktu proses ‘Tiga TitikHitam’ justru Burgerkill dilamar oleh Sony Music Indonesia untuk melanjutkanproses produksi album keduanya bersama – sama. Setelah menandatangani berkas –berkas, Burgerkill (BK) mulai menjalani proses rekaman dan merilis albumkeduanya, ‘Berkarat’ di Bulan Januari 2004. Tidak ada kerja keras tanpa hasil,di tahun yang sama BK mendapatkan penghargaan AMI Awards sebagai pemenangkategori ‘Best Metal Production’.

Memasuki tahun 2005 langkah BKmulai tertata dengan rapi, mereka yakin pada recananya untuk merilis albumketiga mereka tahun ini. Tetapi kemudian masalah kembali muncul, putusnyakontrak kerjasam dengan Sony Music Indonesia dan keluarnya drummer andalanmenjadi problema baru BK di tahun ini. Cepat mengambil langkah, anak – anakmuda Ujung Berung melakukan manuver dengan mendirikan label sendiri ‘RevoltRecords’ kemudia merekam sendiri album ketiganya, berjudul ‘Beyond Coma andDespair’.

Tepat dua minggu setelah konserpromo album ini, sang vokalis Ivan Scumbag harus menyerah pada penyakit yangsudah dilawan hampir di seluruh sisa hidupnya. Meninggalnya Ivan tak pelakmembuat kesedihan mendalam, sebuah konser tanpa vokal diselenggarakan BK untukmengenang sang vokalis.

Album ketiga menjadi pembuktianloyalitas BK terhadap scene metal tanah air, dalam kondisi yang masih dirudungduka, BK justru mendapt berbagai pujian dan sanjungan, tidak ada sedikit puncelah untuk mengkritik album ini. Teman – teman musisi dan pengamat musikmenyerukan satu suara setuju, “Burgerkill memberikan patokan bahwa musik metalya seperti ini. Album ‘Beyond Coma and Despair’ adalah panduan bagi siapaunyang ingin main musik metal.” Ujar Arian 13, vokalis band Seringai. Tidakberhenti disitu, majalah musik Rolling Stone Indonesia menobatkan album ‘BeyondComa and Despair’ sebagai bagian dari 20 album terbaik Indonesia tahun 2006.

Di tahun 2007, BK sukses melakukansebuah konser tur pertama kali Jawa dan Bali untuk album ‘Beyond Coma andDespair’ serta persembahan untuk almarhum Ivan. Ternyata respon yang cukuppositif diterima dari kota –kota yang dikunjungi. Satu hal menarik dalam konsertur ini adalah, terlihat keakraban yang sangat kental sesama personil bandmetal di Bandung, terbukti dengan turut sertanya personil dari band metal lainsepeti Jasad dan Disinfected untuk membantu penjualan merchandise atau sekedardokumentasi.

12 tahun bersama – sama tidakmudah untuk BK menggantikan posisi Ivan, tapi ini harus segera dilakukanmengingat sebuah konser tur Jawa dan Bali telah siap digelar. Audisi vokaliskemudian memilih Vicky, seorang fans yang kemudian didaulat menjadi vokalisutama. Bersama formasi baru dan terakhir Vicky (Voka) Ebenz (GItar), Agung(Gitar), Ramdan (Bass) dan Andris (Drum), BK mencoba peruntungan dengan menjadipengisi soundtrack di dua film horor Indonesia, yaitu Malam Jumat Kliwon danHantu Jeruk Purut. Tak ayal kesuksesan BK dan album ‘Beyond Coma and Despair’kembali dilirik oleh Rolling Stone Indonesia dan dinobatkan menjadi salah satudari 150 album terbaik sepanjang masa, “album ini dibuat secara militansi danbernafaskan darah dan air mata, kita nggak bisa meng-ignore ini.” Jelas WendyPutranto Executive Editor Rolling Stone Indonesia.

Tahun 2007 inilah yang menurutsaya adalah awal masa keemasan BK, bongkar pasang personil dan kematian telahdilalui sudah saatnya menikmati hasil kerja keras ini. Awal mula karir BK dikancah internasional adalah ketika mereka menjadi band pembuka konser The BlackDahlia Murder (2007) dan As I Lay Dying (2008) di Jakarta, yang mana tepatsetahun sesudahnya, BK sudah berada di Australia untuk menggelar konser turbertajuk, ‘Burgerkill Australian Tour 2009’.

Tidak berselang lama dari turAustralianya, BK mendapatkan undangan spesial untuk menjadi salah satu banddalam festival musik ‘Soundwave 2009’. BK bekerjasama dengan XenophobicEntertainment yang bertindak sebagai manajemen BK di Aussie.  Perlu diketahui Soundawave adalah salah satufestival musik besar di Australia yang menghadirkan musik rock, punk dan metal.Sukses menghajar ‘Australians Boys’ BK langsung menghentak Kuala Lumpur, JohorBaru, Singapura dan ditutup dengan konser di Ipoh dalam rangkaian tur Malaysiadan Singapura Mei 2009.

Perjalanan 15 tahun BK sampai2010 ditutup sangat manis dengan tampilnya BK di festival musik terbesar diAustralia, ‘Big Day Out’. Didaulat bermain di festival musik sebesar itu bagaikan mimpi yang menjadikenyataan, tidak hanya untuk BK tapi juga untuk teman – teman seprofesi. Duahari sebelum hari-H BK menjalani pre-event di dua panggung di Asutralia,barulah hari ketiga BK menghajar Australia di musim panas saat itu. ‘Big DayOut 2010’ adalah pencapaian terbesar BK saat itu, tidak ada yang bisamenyangkalnya, satu – satunya band Indonesia yang bermain disana, ini  40 menit yang mencetak sejarah dalam scenemetal Ibu Pertiwi.

“Kami tidak pernah membayangkan akan menjadi sebesar ini. Kita hanya ingin eksplorasi dan bersenang – senang atas apa yang kami kerjakan.”

Wednesday, March 6, 2013

Morat Marit Maret

GILA!! Sudah sampai saja di bulan ketiga tahun ini. Sama sekali tidak menyadari mengapa begitu cepatu waktu maju, lebih cepat dari kumis dan jenggot yang baru dipotong. Masih tertulis di benakku walaupun sudah mulai pudar, banyak titik - titik yang ingin ku capai sehingga nanti akan menggambarkan garis panjang kehidupan. Jika saat ini ada yang bertanya sudah berapa panjang garis itu, Aku akan menjawab "tidak lebih panjang dari rambut seorang perempuan Indonesia." Tidak jelek menurutku. Sebenarnya ketika Aku membuka halaman dan menulis ini, Aku berniat untuk tidak menceritakan apapun tentang diriku. Memang ini bukuku, ini halamanku, ini jemariku, tapi ini tidak melulu tentangku yang menghabiskan waktu di kursi empuk nan rupawan, menunggu datangnya senja lalu kembali pulang mencoba merakit puzzle otakku, mengingat apa sebenarnya hasratku. Oh maafkan Aku kawan, sudah tersebutkan. Lebih baik ku lanjutkan.

Bulan ini kulkas di rumahku kosong, tidak seremah pun tertinggal selain remah es batu. Tau mengapa? Aku yang mengosongkannya kemarin. Aku lelah dengan tempat tidurku yang panas dan bau tembakau. Aku mau  selalu dingin di tengah isu global warming yang Aku sendiri sudah tak ingin peduli. Kamarku sesak! Setiap malam belasan orang datang, berkumpul, tertawa, bernyanyi dan berdansa. Bahkan lebih sempit dari semua ruang penjara yang ada di negara ini.

Bak mandiku bocor karena semen penahannya sudah berjamur. Mungkin dulu kualitasnya tidak sebagus saat ini. Tapi ini berbeda dengan rambut. Belum pernah ku lihat rambut perempuan saat ini, sehitam dan selebat rambut Ibuku, perempuan 1963. Dewasa ini perempuan terbelalak dengan fatamorgana kehitaman dan kelebatan rambut. Bukan masalah besar selama kalian tidak terperangkap di dalamnya. Seperti terperangkap dalam kemacetan senayan, bisa habis semua bulu di kepala.

Mobilku rusak lagi, entah apa sekarang yang merusaknya. Tetapi Aku tidak percaya jika ternyata yang melakukan adalah gerombolan anak bocah kecil yang basah karena Tuhan menangis lagi. Tuhan sedih cintaNya tak berbalas, tak satupun. Sang Kekasih tak mampu menjaga keindahan kembang - kembangNya. Tak kuat menahan gempuran penguasa hingga hancurlah pagar - pagar besi tata negaraNya. Sang Kekasih juga tak berdaya melawan perompak, tak berdaya hingga mengorbankan cintaNya.

Tuhan sedih wahai Maret...

Wednesday, February 27, 2013

Hujan

Sudah begitu lama sejak badai musim ini reda
Sejak air membawa serta tanah dan batu untuk melawan manusia
Sekarang daun - daun sudah tumbuh kembali
Pertanda tanah dan batu rela mengalah disinari mentari

Bertumpuk bait masih menggantung di dahi
Letupan kata dalam frase dan semangat
Hilang seketik diserbu hitam yang pekat
Habis terkikis tali - tali yang tidak berarti

Binatang tertawa, binatang bercinta
Air langit turun membasahi khalifahnya
Menghapus bersih semak luka dan angkara
Mengalir, mengalir dan mengalirlah


RGB Class
12.12 WIB

Monday, February 11, 2013

A Lyrical

I know this is never be my pleasure to write something like this, song lyric, someone poems and else. BUT, this is not be just a song for me. Its better be my feeling that i can't never sing. If I have to say the words about him, maybe this is it. This is a song from Cat Stevens - Father & Son, who covered by Johnny Cash & Fiona Apple


It's not time to make a change,
Just relax, take it easy.
You're still young, that's your fault,
There's so much you have to know.
Find a girl, settle down,
If you want you can marry.
Look at me, I am old, but I'm happy.

I was once like you are now, and I know that it's not easy,
To be calm when you've found something going on.
But take your time, think a lot,
Why, think of everything you've got.
For you will still be here tomorrow, but your dreams may not.

How can I try to explain, when I do he turns away again.
It's always been the same, same old story.
From the moment I could talk I was ordered to listen.
Now there's a way and I know that I have to go away.
I know I have to go.

It's not time to make a change,
Just sit down, take it slowly.
You're still young, that's your fault,
There's so much you have to go through.
Find a girl, settle down,
if you want you can marry.
Look at me, I am old, but I'm happy.

All the times that I cried, keeping all the things I knew inside,
It's hard, but it's harder to ignore it.
If they were right, I'd agree, but it's them you know not me.
Now there's a way and I know that I have to go away.
I know I have to go.



Rgb Digital Imaging
15.06 WIB

Saturday, February 9, 2013

Kaca

Aku lupa kapan pertama kali Aku menyadari bahwa Aku seorang anak laki- laki yang mempunyai cita - cita. Ketika duduk di Sekolah Dasar sebuah kota kecil Aku ingat betul Aku tidak ingin menjadi apa - apa selain seperti dia, bapakku. Menjadi seorang pekerja keras di sebuah perusahaan yang keras. Bekerja dari Pagi sampai sore atau sore hingga tengah malam dan terkadang dimulai saat hari mulai menghitam sampai matahari akhirnya bersinar lagi. Terlihat sempurna untukku saat itu. Namun semuanya berbeda ketika aku memasuki dunia Sekolah Menengah Pertama. 

Aku mengenal musik sejak telingaku bahkan belum bisa menyadarkan panggilan kedua orang tuaku. Sejak telingaku bahkan belum tergerak sedikitpun ketika guruku berbicara tentang bagaimana Jendral Soedirman memimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia. Tapi Aku sudah bisa mendengarkan alunan musik dari banyak band Amerika dan Inggris. Aneh. Tapi kemudian hal itu sangat meresap ke dalam seluruh elemen hidupku. Setiap sendi yang bergerak dan setiap jiwa yang melayang mengikuti arus pikiran yang sering berlari sendiri.

Aku berjalan sendiri tanpa siapa pun pendamping. Tidak ada yang lebih menyakitkan ketika rahim yang melahirkanmu dan tangan yang memberimu makan tidak pernah berjalan mendampingi. Apakah in sebuah kesalahan besar, seperti seorang anak yang membunuh karena sebuah ejekan? Aku tidak tahu kenapa sampai hari Aku menuliskan ini, alasan dibalik semua kejahatan cinta yang dilakukan mereka. Aku tidak salah. Aku tidak melakukan apa - apa. Aku hanya berjalan terkadang berlari dan tak jarang terjatuh. Dengan segala hormat Aku pergi meninggalkan untuk sebuah harta karun yang bahkan Aku sendiri tidak menginginkannya. Jakarta.

Kekerasan kota ini tidak menjuga menghancurkan batu - batu yang sudah ku susun rapi untuk sebuah perjalanan musik. Walaupun kota ini juga tidak membantu menguatkannya sama sekali. Suara - suara yang ku dengar justru semakin lantang, tak terkecuali. Aku melawan, Aku katakan kepada isi bumi dan angkasa kalau apa yang seharusnya terjadi bukan yang saat ini terjadi. Aku cuma ingin ini, Aku punya jalan dan lenteraku sendiri. Biarkan aku mengalun dalam tujuh tangga nada selamanya.

Aku duduk di atas sebuah perahu kayu reyot di sebuah danau kecil. Melihat permukaan air yang memantulkan bentuk dua wajah yang beradu dengan riak - riak kecil. "Aku tidak ingin melawan, Aku hanya mencoba meneruskan"


Kedai Kemang
15.07 WIB

Tuesday, January 8, 2013

Perempuan Bar #2

Melangkahkan kaki dia di sana. Mengibas pintu kayu reyot bak wanita mengibaskan rambut hitam panjangnya. Tidak terlalu tinggi tapi lebih putih dari perempuan kebanyakan malam ini. Mahkota hitam di atas kepalanya tak terlalu panjang, hanya sedikit menutupi telinga. Bagian paling menariknya adalah, beberapa bagian tubuhnya ditutupi gambar - gambar kehidupan nan indah. Sebentar... Oh dia juga membawa serta tas kecil hitam yang disandang di atas bahunya. Tidakkah menarik? 

Dengan gontai berjalan pelan, mengikuti alunan musik yang senada dengan gerakan pantatnya yg cukup menggoda. Celana pendek jeans mencoba menutupi dua buah daging putih mulus pahanya. Dibiarkannya mata - mata hitam di sana mendelik menikmati salah satu dua jenjang kaki terbaik ciptaan Tuhan. Oh... Silakan kalian agungkan nama Tuhan kalian masing - masing. 

Bagaimana denganku? Untuk pertama kali aku begitu khusyu memanjatkan permohonan kepada Tuhanku. Bukan untuk menjadikanku lebih baik atau memberiku rezeki yang berlimpah. Aku memohon agar memberikan perempuan itu sebuah petunjuk agar dia memilih kursi keberuntungannya, kursi di sebelahku. Semakin kuat suara derap langkahnya terdengar olehku. Ini bagaikan momen dimana Houdini mengucapkan semua mantra - mantranya saat dia mencoba melepaskan diri di dalam air. Begitulah yang Aku lakukan, mengucapkan semua doa yang ku hafal sampai akhirnya kurasakan hembus nafas yang mengikuti suara parau nan feminim, "satu shoot scotch!" Mulai saat itu Aku memutuskan untuk menghabiskan setengah lebih botol beer-ku, dengan tersedak tentunya, lalu  turut juga memesan scotch yang bahkan Aku sendiri tak yakin ada kandungan alkohol macam apa di dalamnya.

Aku berfikir apa yang harus Aku katakan pertama untuk memulai topik pembicaraan. Aku bukan tipe laki - laki tangguh, gagah dan berani untuk hal ini. Lebih baik hadapkan saja Aku pada seekor harimau maka Aku pasti tau cara melawannya. Kemudia Aku coba berandai - andai, jika Aku mengatakan "Halo, tas kamu terbuka" maka salah satu respon yang muncul adalah, "Hey kamu maling!" dan dampak yang juga akan muncul adalah babak - belur. Kemudia jika Aku memulai dengan "Aku teraktir kamu minum?" maka respon berikutnya adalah, "Pervert!!!" dan dampak yang juga mungkin terjadi Sang Perempuan pergi kepada laki - laki blusukan di meja sebelah kiri.

Okay. Aku harus memulainya. Aku harus memulainya. Aku akan memulainya dengan..."eh halo, kok dari tadi terlihat bingung. Ada yang bisa aku bantu?" "Oh tidak, Aku hanya sedang menikmati whisky ini" "Kamu jangan bercanda, bahkan kamu tidak mencoba menenggaknya dari tadi!" Dengan terbata - bata, "A..ku h.aa..n.ya ttt..aak punya ide dan sss..uara mengapa perr..em.puan ss.ecantik kamu bisa ada di tempat ini. 

Sekarang suasana begitu mencair, bahkan terlihat begitu mengalir. Tanpa hirarki yang mengharuskan Aku selalu bicara duluan atau sebaliknya. Kami menimpali satu sama lain, dia memberikan jokes Aku tertawa juga sebaliknya. Ketika dia bercerita, Aku sangat fokus mendengarkan semua yang terkandung di dalamnya. Termasuk gestur tubuhnya yang membuatku hanyut sedalam - dalamnya hanya dalam hitungan menit. Sesaat kemudian dia memintaku bercerita. Aku bercerita mengenai beberapa penggalan hidupku, mengapa Aku bisa ada di kota ini, apa pekerjaanku, apa hobiku dan banyak hal lainnya. Begitu lepas semua kata dari mulutku tertata rapi dalam percampuran kalimat panjang dan pendek. Hingga Aku tak sadar ternyata perempuan ini menitikkan air mata. Dia menangis. Apa yang sudah ku katakan? Apa Aku sudah menyinggung bagian pahit masa lalunya? atau Aku tak sadar membangkitkan ketakutannya? Aku mengumpat diriku sendiri!!


RGB Digital Imaging, Kemang
12.11 WIB

Labels

ARIFA (1) Coretan (10) Emosi Jiwa (10) Fiksi (2) Minggu Pagi (4) Musik (10) Uncategorized (6)