Tuesday, January 8, 2013

Perempuan Bar #2

Melangkahkan kaki dia di sana. Mengibas pintu kayu reyot bak wanita mengibaskan rambut hitam panjangnya. Tidak terlalu tinggi tapi lebih putih dari perempuan kebanyakan malam ini. Mahkota hitam di atas kepalanya tak terlalu panjang, hanya sedikit menutupi telinga. Bagian paling menariknya adalah, beberapa bagian tubuhnya ditutupi gambar - gambar kehidupan nan indah. Sebentar... Oh dia juga membawa serta tas kecil hitam yang disandang di atas bahunya. Tidakkah menarik? 

Dengan gontai berjalan pelan, mengikuti alunan musik yang senada dengan gerakan pantatnya yg cukup menggoda. Celana pendek jeans mencoba menutupi dua buah daging putih mulus pahanya. Dibiarkannya mata - mata hitam di sana mendelik menikmati salah satu dua jenjang kaki terbaik ciptaan Tuhan. Oh... Silakan kalian agungkan nama Tuhan kalian masing - masing. 

Bagaimana denganku? Untuk pertama kali aku begitu khusyu memanjatkan permohonan kepada Tuhanku. Bukan untuk menjadikanku lebih baik atau memberiku rezeki yang berlimpah. Aku memohon agar memberikan perempuan itu sebuah petunjuk agar dia memilih kursi keberuntungannya, kursi di sebelahku. Semakin kuat suara derap langkahnya terdengar olehku. Ini bagaikan momen dimana Houdini mengucapkan semua mantra - mantranya saat dia mencoba melepaskan diri di dalam air. Begitulah yang Aku lakukan, mengucapkan semua doa yang ku hafal sampai akhirnya kurasakan hembus nafas yang mengikuti suara parau nan feminim, "satu shoot scotch!" Mulai saat itu Aku memutuskan untuk menghabiskan setengah lebih botol beer-ku, dengan tersedak tentunya, lalu  turut juga memesan scotch yang bahkan Aku sendiri tak yakin ada kandungan alkohol macam apa di dalamnya.

Aku berfikir apa yang harus Aku katakan pertama untuk memulai topik pembicaraan. Aku bukan tipe laki - laki tangguh, gagah dan berani untuk hal ini. Lebih baik hadapkan saja Aku pada seekor harimau maka Aku pasti tau cara melawannya. Kemudia Aku coba berandai - andai, jika Aku mengatakan "Halo, tas kamu terbuka" maka salah satu respon yang muncul adalah, "Hey kamu maling!" dan dampak yang juga akan muncul adalah babak - belur. Kemudia jika Aku memulai dengan "Aku teraktir kamu minum?" maka respon berikutnya adalah, "Pervert!!!" dan dampak yang juga mungkin terjadi Sang Perempuan pergi kepada laki - laki blusukan di meja sebelah kiri.

Okay. Aku harus memulainya. Aku harus memulainya. Aku akan memulainya dengan..."eh halo, kok dari tadi terlihat bingung. Ada yang bisa aku bantu?" "Oh tidak, Aku hanya sedang menikmati whisky ini" "Kamu jangan bercanda, bahkan kamu tidak mencoba menenggaknya dari tadi!" Dengan terbata - bata, "A..ku h.aa..n.ya ttt..aak punya ide dan sss..uara mengapa perr..em.puan ss.ecantik kamu bisa ada di tempat ini. 

Sekarang suasana begitu mencair, bahkan terlihat begitu mengalir. Tanpa hirarki yang mengharuskan Aku selalu bicara duluan atau sebaliknya. Kami menimpali satu sama lain, dia memberikan jokes Aku tertawa juga sebaliknya. Ketika dia bercerita, Aku sangat fokus mendengarkan semua yang terkandung di dalamnya. Termasuk gestur tubuhnya yang membuatku hanyut sedalam - dalamnya hanya dalam hitungan menit. Sesaat kemudian dia memintaku bercerita. Aku bercerita mengenai beberapa penggalan hidupku, mengapa Aku bisa ada di kota ini, apa pekerjaanku, apa hobiku dan banyak hal lainnya. Begitu lepas semua kata dari mulutku tertata rapi dalam percampuran kalimat panjang dan pendek. Hingga Aku tak sadar ternyata perempuan ini menitikkan air mata. Dia menangis. Apa yang sudah ku katakan? Apa Aku sudah menyinggung bagian pahit masa lalunya? atau Aku tak sadar membangkitkan ketakutannya? Aku mengumpat diriku sendiri!!


RGB Digital Imaging, Kemang
12.11 WIB

Labels

ARIFA (1) Coretan (10) Emosi Jiwa (10) Fiksi (2) Minggu Pagi (4) Musik (10) Uncategorized (6)