Monday, April 29, 2013

'What About Now' Bukan Melodi Terbaik Bon Jovi

(Archives detikHOT)


Sekilas penggambaran yang berbeda ketika pertama kali melihat cover album terbaru Bon Jovi ‘What About Now’ ini. Begitu bercorak dengan banyak grafis – grafis yang tidak biasa, hanya satu yang menandakan bahwa album itu benar punya Bon Jovi, gambar hati yang ditusuk dengan pedang sebagai ciri khas beberapa cover album band lawas tersebut.

Lebih dalam mendengarkan 12 lagu yang mengisi album itu, ada nuansa lain yang ditawarkan oleh Jon Bon Jovi (vokal), Richie Sambora (gitar), David Bryan (keyboard) dan Tico Torres (drum) kepada penikmatnya. Terasa sedikit demi sedikit musik khas Bon Jovi semakin menghilang.

Dibuka oleh track pertama yang juga hits jagoan mereka, ‘Because We Can’, lagu ini jelas menjadi single hits mereka dan mungkin siapa pun setuju. Alunan distori tipis ala Sambora dan ketukan drum Torres begitu merdu dan mengingatkan pendengarnya akan lagu – lagu Bon Jovi masa lalu.

Menyusul ‘I’m With You’ yang entah mengapa bunyi dan ‘kocokan’ gitar yang terdengar sedikit pop punk. Mungkin Sambora ingin bereksplorasi di lagu ini dan hasilnya, kurang pas dengan suara vokal dari Jon. Tema cinta dan lirik yang menyayat hati masih menjadi jagoan band yang berdiri sejak tahun 1983. Pada lagu ‘What About Now’, Bon Jovi terdengar sangat nyaman memainkan arransemen mereka, komposisi antar pemain yang pas di setiap bagian lagu menjadikan kerinduan tersendiri bagi fans setia Bon Jovi.

Ada dua lagu balada akustik yang juga memanjakan telinga, yaitu ‘Amen’ dan ‘The Fighter’. Di lagu ‘Amen’ sendiri terdengar ketulusan seorang laki – laki yang begitu bersyukur atas kekasih yang mencintainya, ”tidak ada kata – kata yang pantas diucapkan selaian ‘Amen’.” Penggalan lirik lagu tersebut.

Satu lagi eksplorasi band asal New Jersey ini, di lagu ‘What’s Left of Me’, ada instrumen yang terdengar seperi ukulele atau banjo sehingga muncul sentuhan country di bagian refrain. Tampaknya usia tidak pernah membatasi kreativitas opa – opa glamrock itu.

Beberapa lagu masih terdengar sangat Bon Jovi, tapi selebihnya seperti kurang dipoles, tidak bisa dibilang album yang istimewa. Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Richie Sambora Cs ini tapi sejak album ‘The Circle’ 2009 silam, mereka seperti ingin beralih ke arah british pop ala Coldplay.

Bukan tanpa alasan, tak ada lagi petikan melodi ala Sambora seperti lagu ‘This Ain’t A Love Song’ atau distorsi tipis tapi padat seperti lagu ‘Bed of Roses’. Ketukan drum juga tidak lagi perpaduan ‘tom 1’, ‘tom 2’ dan ‘floor tom’, sekarang terdengar lebih stagnan hanya dengan ‘snare’ dan ‘bass drum’.

Meskipun album ini bukan melodi terbaik Bon Jovi, tapi Bon Jovi tetaplah Bon Jovi, tidak ada satupun yang menyerupai dan mencapai kesuksesan yang pernah mereka raih. Album ini sebetulnya adalah pertanyaan Bon Jovi terhadap seluruh dunia, apakah kami masih bisa bertahan? Apakah kalian masih mencintai karya baru kami? ‘What about now?’

Daftar lagu di album 'What About Now'


1. Because We Can
2. I'm With You
3. What About Now
4. Pictures of You
5. Amen
6. That's What the Water Made Me
7. What's Left of Me
8. Army of One
9. Thick as Thieves
10.Beautiful World
11.Room at the End of the World
12.The Fighter

Thursday, April 11, 2013

We Will Bleed The Movie : Revolusi dan Kemenangan 'Burgerkill'

(Archives detikHOT)
Tidak pernah terbayangkan bagi saya saat pertama kali memutar piringan CD berjudulkan We Will Bleed, sebuah film dokumenter tentang sejarah band metal paling berbahaya di Tanah Air, Burgerkill. Suasana layar hitam dibarengi dengan backsound mistis adalah kesan pertama yang dikeluarkan.

Seruan ‘BURGERKILL…’ –  ‘BURGERKILL….’ – ‘BURGERKILL…’ disambut hentakan kick bass dengan kecepatan tak terkira ditambah beratnya distorsi gitar. Setidaknyaitulah sedikit penggambaran saya pada saat menonton film ini, banyak emosi yangdicampur aduk disini, sesaat anda akan menjadi liar mengikuti anggukan kepala,tapi kemudian anda akan dihancurkan dengan emosi dan haru yang tidakterperikan. Here we come. This is our music and we will bleed for this.

Judul film We Will Bleed inisebenarnya diambil dari judul lagu Burgerkill sendiri di album ketiga mereka. Filmini mengisahkan tentang perjalanan, perubahan dan kemenangan sebuah bandhardcore asal Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat hingga 15 tahun berkarya baiknasional sampai internasional.

Di pertengahan tahun 1995terbentuklah sebuah grup band hardcore dari Ujung Berung, sebuah wilayah kecildi Bandung yang mungkin orang Indoenesia sendiri tidak tahu. Grup ini digawangioleh Ebenz (Gitar), Kimung (Bass), Kudung (Drum) dan Ivan (Vokal) yang kemudianmenamai dirinya Burgerkill, inilah formasi awal Burgerkill kala itu, setidaknyasampai tiga tahun kemudian. Dengan semua semangat dan keterbatasan akhirnyaBurgerkill berhasil merilis album pertamanya bersama label Riotic Records, yangbertajuk ‘Dua Sisi’ di tahun 1998. “Saat itu memang belum banyak label metalatau hardcore di Bandung, salah satu yang sudah punya nama adalah RioticRecords ini,” ujar Ebenz menjelaskan mengapa mereka memilih Riotic Records.

Tidak berarti semuanya lancar,terjadi bongkar pasang personil setelah album pertama ini, sampai di tahun 2003formasi baru Burgerkill adalah Ivan (vokal), Ebenz (Gitar), Agung (Gitar),Andris (Bass) dan Toto (Drum). Setelah istirahat dari rangkaian promosi doBandung dan Jakarta, tahun 2003 ini Burgerkill telah segar kembali untukmerilis album kedua mereka, ‘Berkarat’. Ide cemerlang yang mucul membuatBurgerkill menginginkan sebuah single yang dinyanyikan berduet dengan Fadly‘Padi’. Tidak akan terbayangkan sebuah genre pop bersatu dengan musik hardcoresecara vokal, bagi saya ini adalah ide di luar akal sehat dan juga sangatjenius.

Sambutan baik dari Fadly akhirnyamelahirkan single fenomenal dan cukup jadi perbincangan di kalangan musisi, berjudul‘Tiga Titik Hitam’. Seakan membawa keberuntungan, sewaktu proses ‘Tiga TitikHitam’ justru Burgerkill dilamar oleh Sony Music Indonesia untuk melanjutkanproses produksi album keduanya bersama – sama. Setelah menandatangani berkas –berkas, Burgerkill (BK) mulai menjalani proses rekaman dan merilis albumkeduanya, ‘Berkarat’ di Bulan Januari 2004. Tidak ada kerja keras tanpa hasil,di tahun yang sama BK mendapatkan penghargaan AMI Awards sebagai pemenangkategori ‘Best Metal Production’.

Memasuki tahun 2005 langkah BKmulai tertata dengan rapi, mereka yakin pada recananya untuk merilis albumketiga mereka tahun ini. Tetapi kemudian masalah kembali muncul, putusnyakontrak kerjasam dengan Sony Music Indonesia dan keluarnya drummer andalanmenjadi problema baru BK di tahun ini. Cepat mengambil langkah, anak – anakmuda Ujung Berung melakukan manuver dengan mendirikan label sendiri ‘RevoltRecords’ kemudia merekam sendiri album ketiganya, berjudul ‘Beyond Coma andDespair’.

Tepat dua minggu setelah konserpromo album ini, sang vokalis Ivan Scumbag harus menyerah pada penyakit yangsudah dilawan hampir di seluruh sisa hidupnya. Meninggalnya Ivan tak pelakmembuat kesedihan mendalam, sebuah konser tanpa vokal diselenggarakan BK untukmengenang sang vokalis.

Album ketiga menjadi pembuktianloyalitas BK terhadap scene metal tanah air, dalam kondisi yang masih dirudungduka, BK justru mendapt berbagai pujian dan sanjungan, tidak ada sedikit puncelah untuk mengkritik album ini. Teman – teman musisi dan pengamat musikmenyerukan satu suara setuju, “Burgerkill memberikan patokan bahwa musik metalya seperti ini. Album ‘Beyond Coma and Despair’ adalah panduan bagi siapaunyang ingin main musik metal.” Ujar Arian 13, vokalis band Seringai. Tidakberhenti disitu, majalah musik Rolling Stone Indonesia menobatkan album ‘BeyondComa and Despair’ sebagai bagian dari 20 album terbaik Indonesia tahun 2006.

Di tahun 2007, BK sukses melakukansebuah konser tur pertama kali Jawa dan Bali untuk album ‘Beyond Coma andDespair’ serta persembahan untuk almarhum Ivan. Ternyata respon yang cukuppositif diterima dari kota –kota yang dikunjungi. Satu hal menarik dalam konsertur ini adalah, terlihat keakraban yang sangat kental sesama personil bandmetal di Bandung, terbukti dengan turut sertanya personil dari band metal lainsepeti Jasad dan Disinfected untuk membantu penjualan merchandise atau sekedardokumentasi.

12 tahun bersama – sama tidakmudah untuk BK menggantikan posisi Ivan, tapi ini harus segera dilakukanmengingat sebuah konser tur Jawa dan Bali telah siap digelar. Audisi vokaliskemudian memilih Vicky, seorang fans yang kemudian didaulat menjadi vokalisutama. Bersama formasi baru dan terakhir Vicky (Voka) Ebenz (GItar), Agung(Gitar), Ramdan (Bass) dan Andris (Drum), BK mencoba peruntungan dengan menjadipengisi soundtrack di dua film horor Indonesia, yaitu Malam Jumat Kliwon danHantu Jeruk Purut. Tak ayal kesuksesan BK dan album ‘Beyond Coma and Despair’kembali dilirik oleh Rolling Stone Indonesia dan dinobatkan menjadi salah satudari 150 album terbaik sepanjang masa, “album ini dibuat secara militansi danbernafaskan darah dan air mata, kita nggak bisa meng-ignore ini.” Jelas WendyPutranto Executive Editor Rolling Stone Indonesia.

Tahun 2007 inilah yang menurutsaya adalah awal masa keemasan BK, bongkar pasang personil dan kematian telahdilalui sudah saatnya menikmati hasil kerja keras ini. Awal mula karir BK dikancah internasional adalah ketika mereka menjadi band pembuka konser The BlackDahlia Murder (2007) dan As I Lay Dying (2008) di Jakarta, yang mana tepatsetahun sesudahnya, BK sudah berada di Australia untuk menggelar konser turbertajuk, ‘Burgerkill Australian Tour 2009’.

Tidak berselang lama dari turAustralianya, BK mendapatkan undangan spesial untuk menjadi salah satu banddalam festival musik ‘Soundwave 2009’. BK bekerjasama dengan XenophobicEntertainment yang bertindak sebagai manajemen BK di Aussie.  Perlu diketahui Soundawave adalah salah satufestival musik besar di Australia yang menghadirkan musik rock, punk dan metal.Sukses menghajar ‘Australians Boys’ BK langsung menghentak Kuala Lumpur, JohorBaru, Singapura dan ditutup dengan konser di Ipoh dalam rangkaian tur Malaysiadan Singapura Mei 2009.

Perjalanan 15 tahun BK sampai2010 ditutup sangat manis dengan tampilnya BK di festival musik terbesar diAustralia, ‘Big Day Out’. Didaulat bermain di festival musik sebesar itu bagaikan mimpi yang menjadikenyataan, tidak hanya untuk BK tapi juga untuk teman – teman seprofesi. Duahari sebelum hari-H BK menjalani pre-event di dua panggung di Asutralia,barulah hari ketiga BK menghajar Australia di musim panas saat itu. ‘Big DayOut 2010’ adalah pencapaian terbesar BK saat itu, tidak ada yang bisamenyangkalnya, satu – satunya band Indonesia yang bermain disana, ini  40 menit yang mencetak sejarah dalam scenemetal Ibu Pertiwi.

“Kami tidak pernah membayangkan akan menjadi sebesar ini. Kita hanya ingin eksplorasi dan bersenang – senang atas apa yang kami kerjakan.”

Labels

ARIFA (1) Coretan (10) Emosi Jiwa (10) Fiksi (2) Minggu Pagi (4) Musik (10) Uncategorized (6)