Wednesday, May 28, 2014

Menunggu Pagi

Aku begitu salut kepada malam. Entah mengapa, tapi bagiku bagian bumi ketika matahari sedang terhalang bulan itu adalah saat yang indah.

Makhluk-makhluk bernama manusia yang tidak pernah terlihat sepanjang siang berkeliaran. Semakin terasa spesial karena tidak mudah bertemu makhluk seperti itu

Mereka melakukan aktivitas yang juga tidak dilakukan manusia kebanyakan. Kelangkaan.

Cinta dan kasih sayang, terkadang lebih banyak terpancar kala malam. Bahkan mereka mencintai yang seharusnya tidak dicintai. Mereka menyanyi apa yang tidak pernah mereka sayangi saat matahari di atas kepala.

Mau tahu kehebatan malam lainnya. Malam sanggup membuat pejuang cinta paling perkasa di dunia menunggu kemudian menangis kesal. Malam sanggup membuat wanita agamis merasa nyaman telanjang dan meringis.

Sayangnya, menunggu malam adalah pekerjaan yang melelahkan. Apalagi faktanya Sang Malam sering kali berlalu begitu cepat diterjang mimpi. Mimpi yanf membuat manusia menantikan malam-malam berikutnya.

Fairmont Hotel, Makati City, Filipina
28/5/2014 - 02.02 Waktu Filipina.

Thursday, December 5, 2013

'Sunset Di Tanah Anarki' - Perjuangan Manis Superman Is Dead

"Album ini seperti obat. Obat kalau kita minum langsung, banyak yang tidak suka karena pahit. Beberapa orang mencampurkannya dengan gula atau madu agar lebih mudah ditelan."

Kalimat di atas adalah penjelasan Jerinx, penabuh drum Superman Is Dead (SID) saat peluncuran album 'Sunset Di Tanah Anarki'. Dan itu mengapa album ini adalah disebut perjuangan yang manis dari sebuah band punk Tanah Air bernama SID.

Secara keseluruhan, tema materi dari 17 lagu yang hadir adalah mengenai perjuangan dalam arti yang sebenarnya. Bisa dilihat dari lirik-lirik seperti,

Dan kita para tentara, para pejuang waktu, tanah ini / Luka ini demi esok yang lebih bersinar. Ada lagi Bertarung lepas tiada henti / Menancap keras di dada / Kita belati, kita adalah belati.

Tidak hanya lirik-lirk berbahasa Indonesia saja, dari lirik berbahasa Inggris justru SID lebih 'kasar', seperti, Crazy world of ignorance / Sorrow, lust and loaded guns / Dp you feel unknown.

Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sejumlah metafora indah hadir di tiap penggalan kalimat, di tiap baitnya. Dan sebetulnya, jika dibaca lebih seksama, puisi-puisi yang menjadi lirik itu sangat penuh cinta.

Dengan cerdas SID, menjadikan lagu-lagu dengan aransemen yang terdengar manis tadi menjadi pembuka. Pertama, 'Jadilah Legenda' yang mengawali perjalanan album kelima bersama Sony Music Indonesia ini. Berikutnya, adalah lagu pembuka dari 17 lagu berjudul 'The Opening (Ketika Senja)' yang mendahulukan suara merdu piano sebelum dihajar distorsi kasar dan 'amarah' vokal Bobby Kool di menit-menit akhir.

Lagu-lagu berikutnya hilang sudah kesan mellow yang sempat melekat pada band yang digawangi oleh Jerinx, Bobby Kool dan Eka Rock ini. 'Bulan & Ksatria' dan 'Kita Adalah Belati' memperdengarkan lagu bertempo cepat  dengan lirik panjang khas SID di masa 1999 - 2003.

Setelah itu, 'Turn Back Time' dan 'Bulleproof Heart' SID kembali memberikan 'kemanisan' perjuangannya lewat nada-nada yang lebih catchy. Lebih bisa membuat siapapun bernyanyi bersama, meski dari segi lirik, tetap saja amarah SID terhadap penguasa yang diniliat tidak beradap itu, tak bisa disembunyikan.

Lagu yang berjudul sama dengan albumnya adalah lagu keenam yang memiliki dua kelebihan. Pertama, 'Sunset Di Tanah Anarki' dibuka oleh vokal perempuan, sedikit sengau, namun merdu di nada-nada akhirnya. Cukup membuat pendengarnya terlena hingga vokal Bobby Kool masuk, namun kali ini tidak mengagetkan karena lagu ini sendiri memang berwarna balada. Kelebihan kedua adalah, lagu ini merupakan lagu terpanjang dari 17 lagu yang ada. Dengan durasi hingga 5.29 menit.

Di 'Water Not War' dan 'Luka Hari Ini Mereka Luka Selamanya' SID masih memperlambat tempo mereka sampai lagu berjudul 'Running'  yang merupakan lagu kesembilan berbunyi. Nuansa khas SID tempoe doeloe kembali terdengar menyuarakan perjuangan yang tidak boleh lelah sedikitpun. Hal itu terus berlangsung di tiga lagu berikutnya, 'Forever Love Insane', 'Belati Tuhan' dan 'Fast Cure'.

Demi keseimbangan, empat lagu terakhir SID memperindah lagi perjuangangannya dengan nada-nada manis tapi tidak dengan pesannya. 

Empat lagu tersebut adalah 'Wake Me Up', Forgivers', 'Jadilah Legenda' yang merupakan single perdana SID dan salah satu lagunya yang cukup banyak mendapatkan perhatian akibat musik yang cukup 'pop'.

Dan sama seperti pembukaan, lagu dengan musik dan lirik yang lebih ringan berjudul 'Burn The Night' menutup perjuangan SID dengan manis kali ini.

Saya yakin, mereka tidak lelah. Kemanisan 'Sunset di Tanah Anarki' banyak memberik kekuatan untuk berperang. Sampai bertemu di medan perang selanjutnya, Bli!

Tulus..?

Engkau tak ubahnya yang lain. Mereka yang menuntut pelabelan atas seseorang. Entah untuk apa.

Engkau tak ubahnya yang lain. Berusaha mendapatkan apapun yang didapatkan orang lain. Bahkan, sejak lahir saja kembar tak pernah sama. Aku juga

Lantas mengapa masih saja?

Tidak adakah yang benar-benar tulus di Jakarta? Apa benar semua sudah hancur melebur ke dalam satu bejana lumpur sehingga tak lagi menampakkan sinar?

Daun-daun hijau di dinding berbisik, "masihkah dia memikirkan mu dalam lelapnya?" Aku tidak peduli.

Rubrik dalam ranjang berteriak, "jangan bodoh dengan cinta, karena itu cuma sementara!" Tahu aku bilang apa?

Aku tiada pernah berbicara lain selain cinta. Sampul kontekstual manusia tidak pernah tentang logika, baik dan buruk, pintar dan bodoh. Ini cinta.

Lantas mengapa masih saja?


Calibata B/10
01.28 WIB

Tuesday, October 15, 2013

'Soul Shaker': Simplifikasi Ragam Musik Blues Oleh Gugun Blues Shelter

Perjalanan karier selama 10 tahun di panggung musik blues, sepertinya membuat grup musik Gugun Blues Shelter (GBS) melakukan sedikit transformasi di album terbarunya, 'Soul Shaker'. Sebuah kesederhanaan dari keragaman musik blues ditonjolkan GBS di album ketujuh mereka.

Semakin matang secara usia, Gugun (vox/gitar), Jono (bass) dan Bowie (drum) ingin mengatakan bahwa bukan hanya musik ala blues Stevie Ray Vaughn yang mempengaruhi mereka, tapi juga era keemasan musik rock dan rock n roll menjadikan warna tersendiri. Selain itu, 'permainan' lainnya terjadi juga pada penulisan lirik dimana GBS terlihat jauh lebih simpel dan mencoba menyentuh ranah sosial yang mulai mengganggu pikiran trio yang terbentuk pada tahun 2004 itu.

'Soul Shaker'/Google Images
Perubahan-perubahan tersebut langsung dihadirkan GBS sejak lagu pembukaan di album barunya, 'Love Your Life'. Blues yang lembut dengan ketukan drum yang jauh lebih simpel mengalun selama empat menit. Ditambah juga lirik lagu ringan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

Kesedarhanaan dan keragaman. Itulah yang muncul di lagu kedua berjudul 'Born To Be Awesome' yang terdengar menurunkan harmoni blues-nya dan beralih ke era rock yang klasik. Dengar saja kocokan gitar Gugun dan pola drum Bowie, namun suara vokalis bernama asli Muhammad Gunawan itu tak bisa bohong, tetap saja menjadikan lagu ini berwana blues.

Tahu betul menaik-turunkan emosi pendengarnya, GBS menyajikan nuansa yang berbeda di tiap judul lagunya. Seperti di 'Five Underwater', kembali lagi GBS menyuarakan blues kental dengan melodi gitar yang 'orgasmik' di ujung lagu. Sedangkan lagu 'Driving Home Alone' diaransemen jauh lebih santai, dengan Gugun yang bernyanyi menggnakan tekhnik 'falsetto' di nada-nada tinggi. Membuat kesan klasik semakin terasa.

Setengah album, hadir 'Captain Morgan'. Di lagu inilah permainan bahasa dalam lirik dilakukan GBS. Lirik-lirik jenaka yang menceritakan tentang seorang teman yang menggilai whiskey bermerek 'Captain Morgan' sampai akhirnya mengalami sakit perut yang cukup parah. Dari segi musik, unsur harmoni ditambah dengan sedikit siulan.

Terbaca dari judulnya, 'Funk #2', tentulah aransemen lagi ini mengusung salah satu genre musik tua itu. Di bagian akhir lagu, kemudian terdengar Gugun bermain dengan bunyi-bunyian elektronik yang bisa dibilang hampir tidak pernah dalam lagu-lagu sebelumnya.

Distrosi ala hard rock saja sudah terdengar sejak awal lagu, ditambah lagi unsur organ yang terdengar tipis seperti mengingatkan pendengar akan musik-musik yang pernah diciptakan oleh Eddie Van Halen. Kemudian dipertegas dengan bagian solo gitar di menit ke 3.37, dan inilah lagu berjudul 'Acid Rain' yang menjelaskan siapa yang memperngaruhi GBS saat proses pembuatan album 'Soul Shaker'.

'Di The Good Old Days', band yang pernah mewakili Ibu Pertiwi di ajang Hard Rock Calling 2011 lalu, menjajal rock balada yang populer dengan band-band seperti Scorpions dan Bon Jovi.

Dua lagu terakhir, 'Slaves To The Nation' dan 'Rock N' Roll Superstar' menambah koleksi karya GBS yang menyentuh ranah sosial di Indonesia. Cerita kemuakan kaum pekerja kelas bawah atas rutinitas yang membosankan hadir di 'Slaves To The Nation'. Give me a break,  tulis Gugun dalam liriknya

Sedangkan kisah ketimpangan sosial mengenai kebobrokan dan kebebasan berekspresi yang layak bagi siapa saja terdapat pada 'Rock N' Roll Superstar' dan sekaligus menutup perjalanan 10 lgau di album yang semuanya menggunakan bahasa inggris.

Jelas tidak hanya musik blues yang dibawa GBS tahun ini, Gugun, Jono dan Bowie menjajal kemampuan mereka masing-masing dengan genre yang berbeda-beda namun tetap berpayung pada musik blues. Simplifikasinya berjalan dengan sempurna, juga perubahan dan permainan lirik. Sesuai dengan tajuknya, 'Soul Shaker', GBS menggoyang jiwa blues mereka sendiri, dan mengocok jiwa-jiwa pendengarnya.



Calibata / 10

Tuesday, September 3, 2013

AGNEZ MO : Agnes Monica Rasa Rihanna

Archives Iqbal Harahap

Dilihat dari sampul albumnya saja, siapapun yakin bahwa ada perubahan dalam diri Agnes Monica. Mendengarkan lebih dalam, tidak hanya dari foto-foto yang terpampang, tapi juga eksplorasi bermusiknya. Berjudul 'AGNEZ MO' adalah album terbaru Agnes Monica sekaligus album yang disebut-sebut sebagai album pemansan sebelumnya dirinya merilis album intersional perdana. Ambisi yang tidak pernah putus sejak Agnes mengutarakannya beberapa tahun yang lalu. Mari coba dengarkan satu per satu 10 lagu + 1 bonus track di album yang rilis tanggal 30 Agustus 2013 ini.

Sentuhan elektronik langsung terasa di lagu 'Walk' yang didaulat sebagai pembuka di album ini. Tidak terlalu mengejutkan, tapi cukup menghentak jika dibandingkan dengan musik-musik dance Agnes sebelmnya. Sepertinya bila menarik kesimpulan berdasarkan Track 1, pantas bila disebut ini adalah album pemanasan, tapi bukankah terlalu dini?

Di Track 2 berjudul 'Renegade' penyanyi yang lahir 27 tahun silam ini justru lebih menambah nuansa eletroniknya yang dipadu dengan efek vokal. Sehingga terdengar hasil suara yang lebih 'treble' dibanding sebelumnya. Namun satu hal yang mungkin sangat terasa di sini, yaitu Agnes terdengar penyanyi muda asal Amerika Ke$ha.

Selanjunya adalah satu-satunya lagu dengan lirik Berbahasa Indonesia yang ada di album berwarna abu-abu itu. Sebetulnya tidak menyangka akan ada Bahasa Indonesia, tapi sepertinya Agnes masih ingin menunjukkan rasa cinta Tanah Airnya. Masih sama seperti dua lagu sebelumnya, lagu berjudul 'Bad Girl' ini mengangkat nuansa elektronik, drum and bass dan dubstep kental terdengar mulai dari pertengahan lagu.

Sedikit menurunkan temponya, hadir lagu 'Let's Fall In Love Again' dengan lirik yang dinyanyikan dalam tempo sedang dan musik yang tidak terlalu bergoyang. Cukup puas sampai saat ini, namun kemudian pendapat banyak orang bahwa solois sembilan album ini Rihanna wanna be terbukti di Track 5 berjudul 'Be Brave'.

Tak bisa terbantahkan lagi bahwa di lagu ini Agnes Monica mungkin sedang sering-seringnya mendengarkan lagu penyanyi asal Barbados itu. 'Be Brave' menghadirkan nuansa melankolis dari nada-nada tinggi yang diabil Agnes Monica di ujung lagu.

Bukan tidak mau membahas secara detil lagu-lagu selanjutnya, tapi memang terdengar hampir sama. Drum and Bass, permainan sythesizer serta high note di ujung lagu menjadi sajian di lagu-lagu 'Flyin' High", 'Shut 'Em Up', 'Hide and Seek' dan 'Got Me Figure Out'. Walaupun begitu, memang album ini terdengar bak pukulan seorang Agnes Monica pada penikmat musik dan penggemarnya, "ini materi yang saya inginkan, bukan seperti dulu!"

Inilah satu-satunya lagu balada yang dihadirkan penyanyi dan penari itu di dalam albumnya, 'Thing Will Get Better'. Tidak ada 'keributan' seperti di lagu-lagu sebelumnya, hanya alunan piano sepanjang lagu, sangat menyentuh. Agnes benar-benar tahu bagaimana memainkan perasaan pendengarnya.

Namun fakta tetaplah fakta, ketukan-ketukan ala Usher dan plot-plot penarikan nada ala Rihanna sangat kental di 'AGNEZ MO'. Siapapun menyadarinya, bahkan penggemar garis kerasnya sekalipun. Ini membuktikan prediksi banyak orang tentang sneak peak video teaser Agnes Monica International Debut, yang tersebar di media sosial Youtube.

Bukan berarti tidak ada sisi baiknya, Agnes Monica secara total mengeksplorasi musiknya habis-habisan. Jika ingin diibaratkan seperti sebuah metamorfosis, inilah fase dimana Agnes Monica menjadi seekor kupu-kupu. Bahkan bila dibandingkan album terakhirnya sebelum ini saja, 'Sacredly Agnezious (2009)' sudah jauh berbeda. Dan apabila ingin menjawab pertanyaan di awal tulisan tadi, apakah album 'AGNEZ MO' pantas disebut album pemanasan terjawab sudah. Pantas.

Daftar lagu di album 'AGNEZ MO'

1. Walk
2. Renegade
3. Bad Girl
4. Let's Fall In Love
5. Be Brave
6. Flyin' High
7. Shut 'Em Up
8. Hide and Seek
9. Thing Will Get Better
10. Got Me Figured Out

Bonus Track
11. Let's Fall In Love (Alt. Vocal)



Calibata /10
01.27 WIB

Sunday, July 28, 2013

'Raya' : Catatan Kematangan Iwan Fals Untuk Anak Dan Kawan - kawan


'Raya' dan Raya Rambu Rabbani (Google Images)

Iwan Fals, masih saja nama itu terdengar di abad milenium saat ini, padahal dia sudah tak lagi menyisakan warna hitam pada rambut di tubuhnya. Tentu dengan kisah yang masih produktif, dimana dia baru saja merilis 'Raya', albumnya yang ke-39.

Album ini dilatarbelakangi oleh catatan - catatang kegelisahan Iwan Fals, kegembiraan dan kesedihan akan kehidupan putra bungsunya yang ketiga bernama Raya Rambu Rabbani. Sangat sederhan, yaitu ketika pagi hari Iwan Fals selalu melihat anaknya menggendong tas yang terlihat begitu berat dan besar.

Sebelumnya Iwan Fals juga menciptakan album 'Cikal (1991)' anak perempuannya dan lagu 'Galang Rambu Anarki (1982)' anak pertamanya yang sudah meninggal. Tidak banyak hal baru dari segi cover album,  satu hal yang spesial di album ini adalah 'double disc'. Album 'Raya' berisi 18 lagu yang dibagi ke dalam  dua CD, masing - masing sembilan lagu.

CD yang pertama dipimpin oleh lagu bertajuk 'Raya', sebuah lagu yang membuat siapa saja langsung setuju kalau lagu ini terdengar begitu riang. Iwan Fals bercerita panjang tetang suka duka dan 'beban' hidup anaknya itu dengan lirik berima 'a -a -a -a'. 22 Januari 2003 / Raya Rambu Rabbani anak yang ketiga / 22 Januari anak nomer tiga / tanggal dan bulan sakti tanggal janjian kita.

Kali ini ada beberapa bagian yang terasa berbeda ketika kita mendengar suara perempuan di lagu 'Aku Ada' dan 'Katanya'. Ya, itu bunyi vokal merdu Lea Simanjuntak, terdengar begitu unik, suara sengau Iwan Fals dipadu dengan vokal seriosa. Coba saja dengar sendiri.

Bunyi - bunyian akustik masih mendominasi banyak lagu, sesekali terdengar distorsi blues Toto Tewel yang menjadikan lagu itu klimaks. Sebut saja 'Negeri Kaya' dan 'Tangan Kosong', distorsi Toto Tewel menaikkan gairah dan emosi masing - masing lagu.

Sembilan lagu pertama ini diakhiri dengan lagu berjudul 'Cinta Itu' yang dinyanyikan bersama sang istri, Mba Yos. Sama seperti dulu, suara Mba Yos tetap terdengar malu - malu. 

Jika membahas tema untuk karya - karya Iwan Fals, mungkin bukan sesuatu yang baru mengingat Iwan Fals selalu berkarya dengan tema sosial - politik dan cinta yang sangat dalam. Tidak cuma sekedar, tapi lebih dari hanya nyanyian country. Lirik - lirik lugas nan berima juga masih tidak tergantikan, serta alunan musik akustik yang sejak tahun 1979 sudah hadir di atas paggung.

Memasuki sembilan lagu bagian kedua, dibuka oleh konsep acapella sederhana di lagu 'Api Unggun', tidak lama sampai suara gitar muncul sesekali. Walaupun hanya melalui suara, Iwan Fals seperti bisa menyampaikan dengan nyata suasana keakraban api unggun bersama teman - teman terkasih.

Bunyi - bunyian gendang, atau mungkin saja conga terdengar bertalu - talu, ditambah suara siul - siulan merdu di lagu 'Gadis Tani'. Menciptakan susana etnik yang kental di lagu yang kedua CD kedua ini.

Baru saja hampir mengutuk album ini yang kurang memperdengarkan harmonika, bunyi itu kemudian muncul di lagu melankolis berjudul 'Lekas Sembuh'. 

Tepat setelahnya irama 'Guru Oemar Bakri' kembali diyakini Iwan Fals mampu mendorong sindiran politiknya di lagu 'Rekening Gendut'. Ternyata tahun 2013 tidak mngubur keberanian Iwan Fals menciptakan judul - judul galak. Lirik - lirik politis lainnya terdengar di lagu 'Si Putri dan Si Fulan' yang lebih ngerock dan lagu berjudul 'Bangsat' yang diseimbangkan dengan ketenangan musik country ala Iwan Fals. 

Tidak ingin memberikan yang 'itu - itu saja', Iwan Fals memasukan efek elektronik di lagu berjudul 'Dajal Net'. Lagu jenaka tentang fenomena sosial media yang dianggap mendekatkan siapa saja yang jauh dan menjauhkan siapa yang dekat.

Dedikasi Iwan Fals yang terakhir bisa dibilang dua lagu serupa tapi tak sama, 'Pelaut' sebuah lagu tentang kerinduan para pelaut dengan keluarganya, namun kadang terlupakan oleh jaman. Sama halnya dengan 'Tak Kenal Maka Tak Sayang' yang menceritakan keprihatinan Iwan Fals atas makanan bersisa yang tidak dihargai. 


18 lagu yang tidak lagi sama dengan lagu - lagunya terdahulu, Iwan Fals bereksplorasi dengan musik dan tema, walaupun tidak dengan lirik. Nah sekarang, Raya, puaskah dengan album pertamamu ini?

Daftar Lagu di Album 'Raya'

CD A
1. Raya
2. Aku Ada Feat Lea Simanjuntak
3. Negeri Kaya
4. Katanya
5. Kopi Top
6. Sampah
7. Tangan Kosong
8. Cinta Itu Feat Rosana Listanto (Mba Yos)
9. Adalah

CD B
1. Api Unggun
2. Gadis Tani
3. Lekaslah Sembuh
4. Rekening Gendut
5. Si Putri dan SI Fulan
6. Bangsat
7. Dajal Net
8. Pelaut
9. Tak Kenal Maka Tak Sayang

Tuesday, June 18, 2013

Bad Blood : Kemeriahan Lain Inggris Raya ala Bastille

(Archives detikHOT)

Nama Bastille yang dipilih sebagai sebuah grup musik pendatang baru dari Inggris adalah pilihan yang pas. Mengingat keramaian unsur di album terbaru dan perdananya. Sekedar informasi, Bastille itu adalah sebuah perayaan nasional di Perancis pada tanggal 14 Juli, untuk mengenang hari dimana runtuhnya benteng Bastille yang dipandang sebagai pemberontakan bangsa modern.

Bertajuk Bad Blood, Bastille mencoba bergerak sejajar dengan musisi - musisi Inggris lainnya yang sudah lebih dulu mengukir nama. Mengusung genre elektronik pop, menjadikan Bastille sedikit berbeda dari band anak muda yang sudah ada.

Hampir semua materi dalam album ini begitu padat dengan suara - suara yang diciptakan oleh Dan Smith, Chris 'Woody' Wood, Kyle Simmons dan  Will Farquarson. Dibuka dengan track 1 yang berjudul Pompeii, Bastille sudah memberikan patokan dasar dalam bermusik ala mereka. Bunyi - bunyian perkusi dan melodi sudah menghentak sedari awal, belum lagi suara backing vocal yang unik di bagaian reff.

Begitu juga halnya terjadi di track - track selanjutnya, 'Things We Lost In The Fire', 'Bad Blood' dan 'Overjoyed' mash terdengar serupa, hanya ketukan yang sedikit berubah. 

Mungkin baru agar berbeda memasuki track 6, Wight of Living, Pt.II. Lagu ini terdengar catchy dengan nuansa disko ala Bastille yang tidak cepat tapi juga tidak lambat. Tentu dengan paduan suara techno khas britpop yang jika ditebak berasal dari semacam shyntisizer.

Hampir di akhir perjalanan 12 lagunya, ada sebuah track berjudul Oblivion yang terdengar berbeda. Bastille bermain dengan suasana sendu dan lembut di bagian ini.

Di debutnya ini, Bastille terasa ingin menanamkan betul ciri khas bermusik band yang baru terbentuk tahun 2010 ini. Tidak heran, Bastille tidak begitu bereksplorasi dengan kecanggihan perangkat digital yang mereka mainkan.

Tapi tetap saja album Bad Blood ini kemeriahaan baru musik Inggris Raya. Mungkin sudah waktunya ada yang menambahkan lagu mereka ke bawah Pet Shop Boys. Sesuai dengan namanya, Bastille berhasil menjadi pemberontak bangsa modern yang memperjuangkan kemeriahaan bermusik di Inggris Raya

Daftar lagu di album 'Bad Blood'

1. Pompeii
2. Things We Lost in the Fire
3. Bad Blood
4. Overjoyed
5. These Streets
6. Weight of Living, Pt. II
7. Icarus
8. Oblivion
9. Flaws
10. Daniel in the Den
11. Laura Palmer
12. Get Home
13. Weight of Living, Pt. I



RGB Class, Kemang
20.33 WIB

Labels

ARIFA (1) Coretan (10) Emosi Jiwa (10) Fiksi (2) Minggu Pagi (4) Musik (10) Uncategorized (6)